Minggu, 23 September 2018

Yogyakarta 1 Hari 1 Malam dengan KA Malioboro Ekspres + Review Hotel Brothers Inn Babarsari

Behind The Scene 

Halo, saya mau sharing pengalaman trip ke Yogyakarta dari Malang. Trip ini didasari oleh panggilan tes kerja di ECC UGM dekat stasiun Lempuyangan. Singkat cerita tanggal 7 September 2018, ba'da maghrib saya dapat notifikasi berupa sms bahwa ada panggilan tes di ECC UGM tanggal 10, yang artinya saya harus berangkat dari Malang paling tidak besoknya, yaitu tanggal 9 malam. Setelah mencari ketersediaan tiket akhirnya masih tersedia KA Malioboro Ekspress di tanggal keberangkatan yang saya cari tersebut. Saya sengaja hanya pesan untuk satu kali jalan, tidak pulang-pergi karena saya masih belum tau seberapa lama tes kerja yang akan saya jalani. 

Keesokan harinya, saya menuju stasiun Malang Kota Baru dengan menggunakan ojek online dari rumah saya. Cukup murah, hanya Rp 6000,- saja. Pukul 19:30 saya sudah masuk stasiun dan bersiap di peron jalur 1. Namun saat itu KA Malioboro Ekspres masih belum di langsir (di pindah jalur) ke jalur 1. Pukul 19:55 tepat KA tersebut sudah tersedia di jalur 1 dan semua calon penumpang masuk ke dalam kereta. Saya kebagian window seat, karena saya ingin fokus istirahat agar keesokan paginya bisa fresh menjalani tes kerja. Untuk kelas Eksekutif KA Malioboro Ekspress malam mendapatkan selimut dan bantal secara free (kelas eksekutif KA Malioboro Ekspres yang jalan di siang hari tidak mendapat selimut, hanya bantal saja). Kereta berangkat tepat pukul 20:10 sesuai jadwal.


Fasilitas selimut di kelas Eksekutif KA Malioboro Ekspress Malam. Jangan dibawa pulang lho ya :D

Sepanjang perjalanan 80% saya habiskan dengan memejamkan mata, karena memang tidak ada pemadangan yang bisa dilihat dari kegelapan malam. Pukul 02:30 saya terbangun karena KA Malioboro Ekspres akan memasuki stasiun Solo Balapan, yang artinya tinggal kurang lebih 1 jam lagi akan sampai di Yogyakarta. Pukul 03:50 KA penghubung dua kota berbiaya hidup rendah ini sampai di stasiun Yogyakarta. Begitu turun saya ke toilet sebentar untuk sikat gigi dan cuci muka sambil menunggu adzan. Setelah telah masuk waktu subuh saya sholat berjamaah di mushola yang terletak di dalam stasiun Yogyakarta. Kondisi mushola sangat bersih dan nyaman. Sambil menunggu waktu tes, setelah sholat saya duduk-duduk di peron stasiun Yogyakarta, melihat lalu lalang KA di stasiun ini yang memang cukup padat, terlebih saat itu hari Minggu. 

Rombongan wisata yang baru turun dari KA. Bersiap menikmati syahdunya Yogyakarta :D wehehehe

Tempat tes saya sebetulnya berada sangat dekat dengan stasiun Lempuyangan. Namun sayang sekali KA yang saya naiki ini tidak berhenti di stasiun Lempuyangan. Namun tak apa karena saya bisa naik ojek online dari stasiun Yogyakarta menuju tempat tes kerja tersebut. Pukul 7 saya sudah sampai di ECC UGM, dimana kondisi masih sepi. Pukul 8 sudah mulai berdatangan pesaing saya hehehehe dan tes kerja pun dimulai. 

Sayang seribu kali sayang, tes pertama yang berakhir pukul 11:30 menghasilkan suatu keputusan yang sangat mengecewakan dimana saya dinyatakan gagal lolos tes dan tidak bisa mengikuti tes kedua. Tapi saya memaklumi karena persiapan saya yang mepet dan saya rasa banyak pelajaran dasar kuliah yang saya lupa, kalah oleh lulusan baru yang masih fresh :D hahah. Saya langsung menuju stasiun Yogyakarta untuk memesan tiket pulang. 

Unfortunately, setelah sampai stasiun tiket yang akan saya beli, yaitu KA Malioboro Ekspres malam tujuan Malang untuk hari itu telah habis. Wah pusing nih. Sempat kepikiran mau naik bis tujuan Surabaya dengan niatan mencoba ruas tol baru Solo-Ngawi, namun rasa letih, ngantuk, dan lapar rasanya sulit dikompromikan. Kombinasi dari  belum sempat sarapan, tidur seadanya di kereta dalam posisi duduk, hingga memang kondisi saya sebelum berangkat sedang tidak fit menghasilkan keputusan bahwa saya memang harus menginap semalam di Yogyakarta sambil menunggu KA Malioboro Ekpres keberangkatan besok pagi yang terpaksa saya beli karena untuk hari ini telah habis. 

Saya memutuskan untuk menginap di tempat yang jauh dengan Malioboro, karena menghindari kebisingan, dan saya niatkan untuk muter-muter Yogyakarta. Saya memutuskan untuk mencari low budget hotel dengan pelayanan prima. Akhirnya pilihan saya jatuh kepada Brothers Inn Babarsari yang beralamat di Jl Babarsari No 47 Yogyakarta. 

Review Hotel Brothers Inn Babarsari

Begitu sampai saya langsung menuju resepsionis untuk memesan kamar single room. Begitu resepsionis memberikan keterangan ketersediaan kamar dengan harga Rp 250rb per malam, saya langsung setuju dan memesan kamar tersebut. Fasilitas yang tersedia adalah Kasur single bed, AC, Wi-Fi, televisi, meja, kursi, lemari, handuk, air hangat, dan sarapan. Fasilitas yang lengkap untuk harga yang telah saya sebutkan sebelumnya. Saya mendapat kamar no 302 dan begitu sampai kamar langsung sholat dan tidur karena memang kondisi saya yang kurang fit. 

Sore hari saya bangun dan mandi. Air hangat lancar, handuk pun bersih. Setelah bangun saya menonton acara televisi sambil menikmati sunset di kota Yogyakarta. Malam harinya, saya mencari makan malam di dekat hotel. Jangan khawatir, banyak tersedia makanan dengan harga terjangkau di sekitar hotel karena kebetulan hotel ini terletak di area kampus. Sebelah kiri setelah keluar hotel ada minimarket 24 jam, sebelah kanan ada pujasera, sop ayam Pak Min, dan beberapa kuliner pedas khas anak muda zaman now hehehe. 

Menikmati sunset di Yogyakarta
Menikmati acara televisi
Pemandangan langsung dari samping tempat tidur.
Kompartemen yang cukup lega.

Karena KA Malioboro Ekspres pagi yang saya naiki untuk menuju ke Malang berangkat dari Yogya pukul 7.45 pagi dan perjalanan dari Brothers Inn Babarsari menuju stasiun sekitar 45 menit, maka saya memutuskan sarapan saya bawa di kotak sehingga bisa saya makan di kereta. Pihak hotel menyetujui dan siap menghidangkan pada saat saya check out pukul 6 pagi. FYI waktu sarapan di Brothers Inn Babarsari adalah pukul 6:30 s.d pukul 9:00.

Perjalanan Pulang

Saya menggunakan ojek online untuk menuju stasiun. Di luar dugaan, perjalanan dari hote menuju stasiun hanya ditempuh dalam waktu 30 menit, sehingga saya datang lebih awal di stasiun. Namun tak mengapa karena saya sempat sarapan nasi goreng dalam kotak dari hotel tadi dan sempat memfoto salah satu landmark Yogyakarta, yaitu Tugu Pal Putih.
Tugu Pal Putih sebelah utara stasiun Yogyakarta.

Kali ini saya naik KA Malioboro Ekspress kelas Ekonomi. Pukul 07:45 tepat KA berangkat dari stasiun Yogyakarta menuju tujuan akhir stasiun Malang. KA ini juga seringkali digunakan oleh penglaju Yogya-Solo yang kehabisan KA Prambanan Ekspress (Prameks) dengan tarif khusus.  Dalam perjalanan ini saya lagi-lagi memilih window seat agar bisa melihat dengan jelas progres pembangunan jalur ganda atau double track jalur selatan yang ditargetkan rampung pada khir 2019. Selepas stasiun Solo Balapan hingga stasiun Kertosono mulai nampak pembangunan jalur ganda tersebut. 
Pembangunan double track; atau dalam konteks foto ini adalah proses pergeseran rel di di dekat jembatan Brantas dari stasiun Kertosono ke arah Kediri.

KA Malioboro Ekspress memasuki terowongan Karangkates, perbatasan Kab. Malang dan Kab. Blitar.
Selepas stasiun Kertosono KA berlari tidak secepat sebelumnya dikarenakan rel yang digunakan masih jadul hehehe dan bukan merupakan lintas utama. Selepas stasiun Pohgajih, sebelum stasiun Sumberpucung, KA melewati terowongan Dwi Bhakti Karya yang sekarang berganti nama menjadi terowongan Karangkates (karena dekat waduk Karangkates). Pukul 15:45, kereta sampai di stasiun Malang. Perjalanan yang melelahkan pun berakhir. Walau sayangnya saya tidak lolos tes kerja, setidaknya saya mendapatkan pengalaman yang berharga dan mengasyikan. 

Sekian dari saya, Terimakasih atas kunjungan anda :D 








Jumat, 07 September 2018

Trip Report KA Tumapel-Penataran Dhoho Malang-Surabaya PP

Kali ini saya akan me-review  perjalanan saya dengan menggunakan moda transportasi Kereta Api (KA) dari tempat tinggal saya di Malang menuju Surabaya dan kembali ke Malang lagi, pada tanggal 1 September 2018. . Fyi, adik saya baru saja kuliah semester 1 di perguruan tinggi negeri di Surabaya. sehingga ada sosialisasi dan pengarahan kepada wali mahasiswa dimana orang tua saya berhalangan hadir, dan saya datang mewakili mereka. Saya memesan terlebih dahulu tiket untuk perjalanan kali ini agar tidak kehabisan, karena kereta api masih menjadi salah satu moda transportasi andalan penglaju Malang-Surabaya, meskipun saat ini 60% jalan beraspal di rute tersebut telah dibantu oleh ruas tol Surabaya-Gempol-Pandaan yang bahkan saat tulisan ini di-posting tol Malang-Pandaan pembangunanya telah mencapai 70%. 

Karcis KA Tumapel dan Penataran Dhoho
KA Tumapel dijadwalkan berangkat pada pukul 04:30 dari stasiun Malang Kota Baru, sehingga saya harus berangkat ke stasiun sebelum waktu shalat subuh. Saya sampai di stasiun pukul 04:10, sejurus kemudian memarkir motor di stasiun Malang. Fyi, tarip parkir motor di stasiun Malang Kota Baru Rp 5000 untuk 24 jam pertama (tidak menginap). Note : tarip parkir tersebut bisa berubah-ubah sewaktu-waktu, hahaha. Pukul 04:15 saya berjalan dari peron menuju kereta yang sudah stanby di peron jalur 1. Gambar di bawah menjelasan sedikit suasana sepi dan dinginnya pagi itu. 


KA Tumapel standby di jalur 1 stasiun Malang Kota Baru


Sambil menunggu waktu berangkat, saya menyempatkan untuk shalat subuh di kereta. Sebelumnya saya sudah mengambil air wudhu dari rumah. Begitupun dengan beberapa penumpang lain, saya lihat  mereka tetap menjalankan ibadahnya dengan khusyu. Tepat pada pukul 04:30, kereta berangkat dari jalur 1 stasiun Malang Kota Baru. 



Sinyal aman diberikan, KA Tumapel siap berangkat


Kereta tiba pukul 07:30 di stasiun Surabaya Gubeng. Terlambat 21 menit dari perkiraan jadwal kedatangan. Namun tak mengapa saya bisa memaklumi hal tersebut dikarenakan KA Tumapel merupakan KA lokal yang harus mengalah dengan KA jarak jauh apabila berpapasan. Setelah sampai stasiun Surabaya Gubeng saya melanjutkan perjalanan dengan ojek online menuju perguruan tinggi yang saya tuju,dengan terlebih dahulu berjalan ke depan Hotel Sahid yang merupakan zona aman pengambilan penumpang tranportasi online apabila turun dari stasiun Surabaya Gubeng sebelah barat (stasiun lama). 

Singkat cerita, pukul 11:00 saya sudah berada di stasiun Surabaya Gubeng untuk persiapan kembali ke Malang. Kali ini KA yang saya naiki bernama KA Penataran Dhoho, dengan tujuan akhir stasiun Blitar lewat Malang. Tepat pukul 11:36 kereta berangkat dari jalur 1 menuju Malang. Tidak ada dokumentasi yang diambil di stasiun Surabaya Gubeng dikarenakan saya kurang nyaman dengan banyaknya penumpang pada saat itu ahahaha. 

Pukul 14:35, terlambat 13 menit dari jadwal kedatangan, KA Penataran Dhoho. Lagi - lagi saya memaklumi dikarenakan sebenarnya perjalanan KA ini sangat ontime, namun pada saat masuk stasiun Blimbing, stasiun terakhir sebelum stasiun Malang Kota Baru dari arah Surabaya, KA yang saya naiki harus berhenti cukup lama untuk mengalah pada mantan KA no 1 di Indonesia, KA Bima. 

Penumpang KA Penatan Dhoho dari Malang menuju Blitar/Tulungagung/Kediri
Setelah saya turun dari KA, cukup banyak penumpang yang naik dari stasiun Malang Kota Baru untuk menuju ke Blitar/Tulungagung. Fyi, setelah sampai Blitar, KA yang saya naiki akan melanjutkan perjalanan menuju Tulungagung-Kediri-Kertosono-Jombang-hingga kembali ke Surabaya, dengan nama yang berubah sedikit yaitu KA Dhoho Penataran. 

Terimakasih pembaca, see you on the next trip :D 


Senin, 03 September 2018

Donor Darah ke 7 di PMI Kota Malang

Halo semua, akhirnya nulis juga ya setelah 8 tahun vakum, hehehe. Oke langsung aja, kali ini saya mau berbagi pengalaman donor darah di Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Malang Jl Buring No 10 pada tanggal 28 Agustus 2018. Kebetulan ini donor darah yang ke 7. Yang perlu kalian ketahui, selain terdapat syarat, donor darah juga memerlukan persiapan yang cukup matang. Terkait apa saja syarat dan persiapan tersebut sudah banyak artikel/literatur yang membahas hal tersebut, tinggal googling saja langsung deh liat hahaha. Yang paling penting menurut saya pribadi adalah cukup tidur dan tidak mengkonsumsi kafein (untuk menjaga tensi) serta telah sarapan sebelum berangkat.

Tahap paling awal adalah mengisi form kesediaan mendonor darah yang terdiri atas biodata (usia, alamat, no telp, dan golongan darah). Apabila calon pendonor sudah pernah donor darah sebelumnya, maka setelah mengisi form maka form tersebut diserahkan kepada petugas dengan kartu anggota donor (seperti gambar dibawah). Namun apabila belum pernah donor darah sebelumnya, calon pendonor akan mendapatkan kartu anggota donor darah dari petugas.

Kartu Anggota Donor

Setelah saya mengisi form tersebut saya mendapat nomor antrian untuk melakukan cek kesehatan, dimana pada tahap ini tekanan darah, hemoglobin, dan berat badan saya di cek. Alhamdulillah saya dinyatakan cukup fit dan memenuhi syarat untuk donor darah. Saya harus mencuci lengan saya di tempat pencucian lengan yang telah disediakan agar higienis pada saat dilakukan donor darah. Pada tahap cek kesehatan ada beberapa calon pendonor yang gagal, dikarenakan salah satunya tekanan darah yang terlalu rendah/terlalu tinggi. 

Tibalah saatnya, dimana bagi sebagian orang yang memiliki phobia terhadap jarum suntik, tahap ini merupakan tahap yang tergolong mengerikan. Hahaha. Dari beberapa donor darah terdahulu, saya selalu di coblos jarum suntik di lengan kiri. Bukannya saya menolak anggapan bahwa untuk memberi lebih baik dengan tangan kanan, tapi pembuluh darah saya lebih besar di lengan kiri jadi di sanalah saya biasa dicoblos jarum. 

Proses Pengambilan Darah 

Alhamdulillah, setelah kurang lebih 15 menit saya selesai melakukan donor darah. Tidak ada efek samping negatif yang saya rasakan. Setelah selesai saya masuk ke ruang pemulihan, mendapat air mineral, roti, susu, dan obat penambah sel darah merah. Beberapa item pemulihan tersebut bisa dibawa pulang dengan tas kain yang telah disediakan oleh pihak PMI. Sejauh ini beberapa manfaat positif yang saya pribadi rasakan setelah donor darah adalah : 
  1. Senang, pikiran fresh. Karena merasa bisa bermanfaat untuk sesama manusia
  2. Mendapat fasilitas cek kesehatan gratis
  3. Terbebas dari penyakit, daya tahan tubuh meningkat.
Donor darah berikutnya bisa dilakukan lagi dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 75 s.d 90 hari  sejak donor darah terakhir dilakukan. Itu artinya saya bisa donor lagi di akhir bulan November. Ayo donor darah, banyak manfaat bagi pendonor dan sesama manusia :) 


NB : pengalaman donor darah di tiap daerah/instansi bisa berbeda-beda. Namun secara umum tahapan yang dilalui adalah sama, yaitu : Pendaftaran > cek kesehatan > donor darah > pemulihan. 



Jumat, 31 Agustus 2018

Selamat Datang

      Selamat datang di blog terbaruku. Udah lama, sekitar 8 tahun vakum dari dunia tulis menulis dikarenakan kesibukkan yang tiada akhir. Hahahahaha, gak juga sih. Tulisan ini dimuat tanggal 31 Agustus 2018 dimana aku masih dalam tahap pencarian kerja setelah 6 bulan yang lalu aku resign dari perusahaan terdahulu. Mulai 1 September 2018, kisah perjalanan ini bisa di lihat di blog ini, insya Allah update minimal tiap minggu. Insya Allah konten di blog ini bisa bermanfaat untuk diri penulis pribadi dan bagi pembaca sekalian (udah kaya khotbah jumat ya ahahaha). Yawis, cukup sekian dari saya, matur sembah nuwun :)